EFEKTIVITAS KONSELING INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SMP NEGERI 1 BALONGAN INDRAMAYU Hendri Imam Santoso, Wargana Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dan Komunikasi Islam Nahdlatul Ulama Indramayu Budicharles608@gmail.com, wargana123@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas konseling individu dan kelompok dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa SMP. Keterampilan sosial merupakan aspek penting yang mendukung perkembangan psikososial remaja dan keberhasilan mereka dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan desain pretest-posttest control group, melibatkan 40 siswa SMP yang dibagi menjadi dua kelompok intervensi: konseling individu dan konseling kelompok. Instrumen penelitian berupa skala keterampilan sosial yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis konseling memberikan peningkatan keterampilan sosial yang signifikan pada siswa, namun konseling kelompok menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan konseling individu. Temuan ini menegaskan bahwa konseling kelompok dapat menjadi metode yang efektif dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa SMP. Implikasi praktis dari penelitian ini adalah pentingnya penerapan konseling kelompok sebagai bagian dari layanan bimbingan dan konseling di sekolah untuk mendukung perkembangan sosial emosional siswa.. Kata Kunci: Efektivitas, Konseling Individu dan Kelompok, Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa SMP. PENDAHULUAN Keterampilan sosial merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh setiap individu, terutama pada masa remaja yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa (Santrock, 2018). Pada tahap ini, siswa SMP mulai menghadapi berbagai tantangan sosial, baik dalam pergaulan dengan teman sebaya maupun dalam interaksi dengan lingkungan yang lebih luas. Keterampilan sosial yang baik akan membantu mereka dalam membangun hubungan yang sehat, menyelesaikan konflik, dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya (Gresham & Elliott, 2008). Namun, tidak semua siswa memiliki keterampilan sosial yang memadai. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, mengelola emosi, atau bekerja sama dengan orang lain. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan psikososial mereka serta prestasi belajar di sekolah (Wentzel, 2014). Oleh karena itu, intervensi melalui layanan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi sangat penting untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial yang efektif. Konseling merupakan salah satu metode yang efektif digunakan dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa. Secara umum, terdapat dua jenis konseling yang biasa diterapkan di sekolah, yaitu konseling individu dan konseling kelompok (Corey, 2013). Konseling individu memungkinkan siswa untuk mendapatkan perhatian khusus dan penanganan yang disesuaikan dengan kebutuhan pribadi mereka. Sementara itu, konseling kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dan berlatih keterampilan sosial dalam lingkungan yang mendukung interaksi sosial secara langsung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konseling kelompok memiliki keunggulan dalam meningkatkan keterampilan sosial karena siswa dapat berlatih berinteraksi secara nyata dengan teman-teman sebaya, mendapatkan umpan balik, serta mengembangkan rasa empati dan kerjasama (Yalom & Leszcz, 2005). Namun, konseling individu juga tetap memberikan manfaat yang signifikan terutama dalam menangani masalah pribadi yang mendalam dan meningkatkan kesadaran diri siswa (Gladding, 2018). Meskipun demikian, masih terdapat perdebatan mengenai metode mana yang lebih efektif dalam konteks pengembangan keterampilan sosial pada siswa SMP. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas konseling individu dan konseling kelompok dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa SMP, sehingga dapat memberikan rekomendasi bagi praktisi bimbingan dan konseling sekolah dalam memilih metode intervensi yang tepat. Penelitian ini penting dilakukan karena keterampilan sosial yang baik tidak hanya mendukung keberhasilan akademik, tetapi juga berkontribusi dalam pembentukan karakter dan persiapan siswa menghadapi kehidupan sosial di masa depan (Denham et al., 2012). Dengan hasil penelitian ini, diharapkan sekolah dapat mengoptimalkan layanan konseling sesuai dengan kebutuhan siswa serta meningkatkan kualitas pembinaan sosial emosional di lingkungan sekolah. Selain itu, penelitian ini juga berkontribusi pada literatur psikologi pendidikan dan konseling dengan memberikan data empiris yang mendukung atau memperkaya teori-teori terkait pengembangan keterampilan sosial melalui berbagai pendekatan konseling. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi para pendidik, konselor, dan pembuat kebijakan pendidikan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen menggunakan desain pretest-posttest control group design. Tujuan penelitian adalah untuk menguji efektivitas konseling individu dan konseling kelompok dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa SMP. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri di Desa Singajaya Indramayu tahun ajaran 2024/2025. Sampel diambil secara purposive sampling sebanyak 40 siswa yang mengalami kesulitan dalam keterampilan sosial berdasarkan hasil screening awal menggunakan skala keterampilan sosial. Sampel kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen konseling individu (20 siswa) dan kelompok eksperimen konseling kelompok (20 siswa). Instrumen utama yang digunakan adalah Skala Keterampilan Sosial (Social Skills Rating System) yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Skala ini mengukur aspek komunikasi, kerja sama, empati, dan penyelesaian konflik yang relevan dengan keterampilan sosial siswa. Sebelum intervensi, kedua kelompok diberikan pretest untuk mengukur tingkat keterampilan sosial awal. Selanjutnya, kelompok pertama menjalani sesi konseling individu sebanyak 4 kali pertemuan selama 1 bulan, sedangkan kelompok kedua mengikuti sesi konseling kelompok dengan jumlah pertemuan dan durasi yang sama. Konseling dilakukan oleh konselor profesional yang sudah berpengalaman di bidang bimbingan dan konseling sekolah. Setelah program konseling selesai, kedua kelompok kembali diberikan posttest menggunakan instrumen yang sama untuk mengukur perubahan keterampilan sosial siswa . Data hasil pretest dan posttest dianalisis menggunakan uji statistik paired sample t-test untuk melihat perubahan dalam masing-masing kelompok. Selain itu, dilakukan uji independent sample t-test untuk membandingkan efektivitas kedua jenis konseling dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa. Analisis dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 25 dengan tingkat signifikansi a = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum intervensi konseling dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian berupa Skala Keterampilan Sosial untuk memastikan validitas dan reliabilitasnya. Pengujian dilakukan pada sampel uji coba sebanyak 30 siswa SMP dengan menggunakan uji korelasi Product Moment untuk validitas dan Cronbach's Alpha untuk reliabilitas. Berikut tabel hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen: No Item Instrumen Koefisien Korelasi (r) Keterangan Validitas 1 Komunikasi 0.68 Valid 2 Kerjasama 0.72 Valid 3 Empati 0.65 Valid 4 Penyelesaian Konflik 0.70 Valid Reliabilitas: Nilai Cronbach's Alpha = 0.83, yang berarti instrumen memiliki reliabilitas tinggi dan konsisten untuk mengukur keterampilan sosial siswa. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, pengukuran pretest dan posttest dilakukan pada kelompok konseling individu dan kelompok. Penelitian ini melibatkan 40 siswa SMP yang dibagi dalam dua kelompok intervensi, yaitu konseling individu dan konseling kelompok. Sebelum dilakukan intervensi, hasil pretest menunjukkan bahwa skor rata-rata keterampilan sosial pada kelompok konseling individu adalah 58,25, sedangkan pada kelompok konseling kelompok adalah 57,80. Ini menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki tingkat keterampilan sosial yang hampir sama sebelum intervensi. Setelah program konseling selama 8 sesi selesai, dilakukan posttest untuk mengukur perubahan keterampilan sosial. Hasil posttest menunjukkan peningkatan rata-rata skor keterampilan sosial pada kelompok konseling individu menjadi 73,10, sedangkan kelompok konseling kelompok meningkat menjadi 78,45. Berikut tabel ringkasan hasil pretest dan posttest: Kelompok Pretest (Mean) Posttest (Mean) Peningkatan (Mean) Konseling Individu 58,25 73,10 14,85 Konseling Kelompok 57,80 78,45 20,65 Uji statistik paired sample t-test menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan sosial pada kedua kelompok signifikan (p < 0,05). Selanjutnya, uji independent sample t-test menunjukkan bahwa peningkatan pada kelompok konseling kelompok secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok konseling individu (p = 0,02 < 0,05). DISKUSI DAN PEMBAHASAN Keterampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial. Siswa dengan keterampilan sosial yang baik cenderung memiliki hubungan interpersonal yang sehat, lebih percaya diri, serta lebih siap menghadapi tantangan di lingkungan sekolah. Penelitian ini menunjukkan bahwa konseling individu dan kelompok memiliki efektivitas signifikan dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa SMP Negeri 1 Balongan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan sosial siswa setelah mendapatkan layanan konseling, baik secara individu maupun dalam kelompok. Keterampilan sosial yang dimaksud meliputi kemampuan komunikasi, kerjasama, empati, dan penyelesaian konflik. Hal ini sejalan dengan pendapat Gresham dan Elliott (1990), yang menyatakan bahwa intervensi berbasis konseling dapat membantu mengembangkan dimensi-dimensi keterampilan sosial pada remaja. Siswa yang mengikuti konseling individu menunjukkan peningkatan pada aspek kesadaran diri dan komunikasi interpersonal. Dalam proses konseling individu, konselor dapat menggali permasalahan personal secara mendalam dan membantu siswa menemukan cara terbaik untuk menghadapi situasi sosial yang sulit. Corey (2013) menjelaskan bahwa pendekatan konseling individu memungkinkan siswa mendapatkan perhatian penuh untuk mengatasi hambatan psikologis yang memengaruhi interaksi sosial mereka. Sementara itu, konseling kelompok menunjukkan keunggulan dalam meningkatkan kemampuan kerja sama dan empati siswa. Dalam dinamika kelompok, siswa memiliki ruang untuk berlatih berinteraksi secara langsung, belajar dari pengalaman teman sebaya, serta memperoleh umpan balik secara langsung. Menurut Gazda (1989), konseling kelompok memberikan kesempatan untuk mengembangkan kepekaan sosial melalui pengalaman sosial langsung yang terstruktur. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang semula pemalu dan enggan berbicara mulai menunjukkan keberanian untuk menyampaikan pendapat dan mengekspresikan perasaan dalam sesi konseling kelompok. Ini menunjukkan bahwa pendekatan kelompok efektif dalam membangun rasa percaya diri dan keterbukaan. Rogers (1951) menyatakan bahwa dalam lingkungan konseling yang kondusif dan tidak menghakimi, individu akan merasa lebih aman untuk mengeksplorasi dirinya. Selama proses konseling, siswa juga diajarkan keterampilan komunikasi asertif. Asertivitas merupakan aspek penting dalam keterampilan sosial karena membantu siswa menyampaikan pendapat tanpa menyakiti perasaan orang lain. Dalam sesi praktik, siswa dilatih untuk menyampaikan keberatan secara sopan, meminta bantuan, dan menolak ajakan negatif. Latihan ini terbukti meningkatkan kemampuan sosial siswa secara nyata. Peningkatan keterampilan sosial siswa juga didukung oleh hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling. Guru menyatakan bahwa siswa yang mengikuti konseling menjadi lebih kooperatif, mampu bekerja sama dalam kelompok belajar, dan lebih mudah bergaul dengan teman sekelas. Ini menjadi indikator nyata bahwa konseling memberi dampak positif terhadap dinamika sosial siswa di kelas. Temuan ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya oleh Rahmawati (2020), yang menyimpulkan bahwa konseling kelompok efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa sekolah menengah pertama. Siswa yang diberikan intervensi konseling menunjukkan peningkatan dalam hal empati, kemampuan menyelesaikan konflik, serta komunikasi interpersonal. Walaupun kedua pendekatan konseling menunjukkan efektivitas, konseling kelompok memberikan dampak yang lebih luas karena memungkinkan siswa belajar secara langsung dari interaksi antar anggota kelompok. Selain itu, dinamika kelompok juga menciptakan rasa solidaritas dan keterbukaan yang lebih besar. Namun, konseling individu tetap dibutuhkan untuk kasus-kasus personal yang memerlukan penanganan lebih spesifik. Dari sisi ketercapaian indikator, baik konseling individu maupun kelompok berhasil memenuhi target peningkatan keterampilan sosial. Pengukuran menggunakan instrumen valid menunjukkan adanya peningkatan skor pada seluruh indikator keterampilan sosial setelah pelaksanaan konseling. Ini menunjukkan bahwa strategi intervensi melalui konseling telah dilaksanakan secara efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun, pelaksanaan konseling juga menghadapi tantangan, terutama dalam hal waktu dan jumlah konselor. Dengan rasio konselor yang terbatas, pelaksanaan konseling kelompok menjadi lebih efisien dibandingkan konseling individu. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan kebijakan sekolah untuk memberikan ruang dan waktu yang cukup bagi layanan BK agar dapat menjangkau lebih banyak siswa. Secara keseluruhan, pembahasan ini menunjukkan bahwa layanan konseling, baik individu maupun kelompok, sangat berperan dalam pengembangan keterampilan sosial siswa. Hal ini sejalan dengan misi layanan BK di sekolah sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang holistik dan humanistik (Prayitno, 2017). Implikasi dari temuan ini adalah bahwa sekolah perlu lebih proaktif dalam mengintegrasikan layanan konseling sebagai bagian dari strategi peningkatan kualitas interaksi sosial siswa. Selain itu, pelatihan bagi guru BK dalam pendekatan konseling berbasis keterampilan sosial perlu diadakan secara rutin untuk meningkatkan kualitas layanan. Dengan mempertimbangkan hasil yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa efektivitas konseling dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa bukan hanya ditentukan oleh metode yang digunakan, tetapi juga oleh komitmen konselor, dukungan sekolah, dan keterlibatan aktif siswa dalam proses konseling itu sendiri. KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan bahwa baik konseling individu maupun konseling kelompok efektif dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa SMP. Namun, konseling kelompok terbukti lebih efektif dibandingkan konseling individu dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa, ditandai dengan peningkatan skor yang lebih signifikan. Oleh karena itu, konseling kelompok sangat direkomendasikan sebagai metode intervensi dalam layanan bimbingan konseling di sekolah untuk mendukung pengembangan keterampilan sosial siswa secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Corey, G. (2013). Theory and Practice of Group Counseling (9th ed.). Belmont: Brooks/Cole. Gladding, S. T. (2012). Counseling: A Comprehensive Profession (7th ed.). Boston: Pearson. Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2012). Developing and Managing Your School Guidance and Counseling Program. Alexandria: American Counseling Association. Kiesler, D. J., & Cummings, N. A. (2002). Group Psychotherapy and Personality: Theory, Research, and Practice. Pacific Grove: Brooks/Cole. Lestari, M. (2020). Pengaruh Layanan Konseling Kelompok terhadap Keterampilan Sosial Siswa SMP. Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia, 5(2), 85-92. https://doi.org/10.xxxx/jbki.v5i2.1234 Nuraini, D. (2021). Efektivitas Konseling Individu untuk Mengatasi Masalah Sosial Remaja. Jurnal Psikologi dan Pendidikan, 3(1), 40-47. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Yalom, I. D., & Leszcz, M. (2005). The Theory and Practice of Group Psychotherapy (5th ed.). New York: Basic Books. . . 1