STRATEGI DAKWAH BAGI GENERASI Z DI DESA PAWIDEAN KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN INDRAMAYU Shobani Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Dan Komunikasi Dan Dakwah Nahdalatul Ulama Indramayu Email: shobanibani79@gmail.com Abstrak Perkembangan teknologi digital dan perubahan sosial budaya memberikan tantangan baru dalam aktivitas dakwah, khususnya di kalangan Generasi Z. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi religiusitas Generasi Z di Desa Pawidean, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, serta menggali strategi dakwah yang efektif bagi mereka. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Generasi Z di Desa Pawidean memiliki karakteristik religiusitas yang cukup baik, namun rentan terhadap pengaruh media sosial, budaya populer, serta kurangnya minat pada metode dakwah konvensional. Oleh karena itu, strategi dakwah yang relevan meliputi penggunaan media digital (Instagram, TikTok, YouTube), pendekatan komunitas kreatif, serta model dakwah partisipatif berbasis minat generasi muda. Penelitian ini menegaskan pentingnya inovasi dakwah kontekstual untuk membangun pemahaman agama yang kokoh sekaligus relevan dengan perkembangan zaman. Kata Kunci: Dakwah, Generasi Z, Desa Pawidean, Strategi Digitalisasi Abstract The development of digital technology and socio-cultural changes present new challenges for da'wah activities, particularly among Generation Z. This study aims to analyze the religiosity of Generation Z in Pawidean Village, Jatibarang District, Indramayu Regency, and explore effective da'wah strategies for them. The study used a qualitative approach with field study methods through interviews, observation, and documentation. The results indicate that Generation Z in Pawidean Village has relatively good religiosity characteristics, but is vulnerable to the influence of social media, popular culture, and a lack of interest in conventional da'wah methods. Therefore, relevant da'wah strategies include the use of digital media (Instagram, TikTok, YouTube), a creative community approach, and a participatory da'wah model based on the interests of the younger generation. This study emphasizes the importance of contextual da'wah innovation to build a solid understanding of religion that is both relevant and relevant to current developments. Keywords: Da'wah, Generation Z, Pawidean Village, Strategy Digitalization Pendahuluan Dakwah merupakan upaya menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang bijaksana, menyentuh hati, dan sesuai dengan kondisi masyarakat. Perubahan zaman menuntut strategi dakwah untuk terus beradaptasi. Saat ini, generasi Z menjadi salah satu segmen masyarakat yang penting diperhatikan dalam konteks dakwah, karena mereka tumbuh dalam era digital yang penuh dengan dinamika informasi dan teknologi. Generasi Z, yang lahir antara tahun 1995-2010, memiliki karakteristik khas: melek teknologi, lebih terbuka pada budaya global, serta cenderung mengandalkan media digital sebagai sumber informasi. Kondisi ini menghadirkan peluang sekaligus tantangan bagi para da'i dalam menyampaikan pesan-pesan keislaman. Jika pendekatan dakwah tidak sesuai dengan pola pikir dan gaya hidup mereka, pesan dakwah berpotensi tidak diterima secara optimal. Desa Pawidean, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam dengan latar belakang masyarakat agraris dan semi-perkotaan. Di desa ini, generasi Z memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan, namun juga menghadapi tantangan berupa pengaruh media sosial, gaya hidup modern, dan kurangnya ketertarikan pada kegiatan keagamaan konvensional. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk memahami bagaimana strategi dakwah yang relevan, efektif, dan sesuai dengan konteks generasi Z di desa Pawidean. Selain itu, perkembangan dakwah di desa Pawidean menunjukkan bahwa metode tradisional seperti pengajian rutin, ceramah di masjid, dan kegiatan keagamaan masih dominan. Akan tetapi, generasi muda mulai menunjukkan kecenderungan menurun dalam keikutsertaan mereka. Hal ini dapat dilihat dari jumlah remaja yang hadir dalam kegiatan pengajian yang cenderung stagnan, sementara aktivitas mereka di media sosial semakin meningkat. Fenomena ini menjadi sinyal penting bahwa perlu adanya pendekatan dakwah yang lebih inovatif. Lebih jauh, peran dakwah dalam membentuk karakter generasi Z menjadi sangat krusial. Mereka adalah penerus bangsa sekaligus generasi muslim yang akan melanjutkan estafet peradaban Islam. Dakwah yang sesuai dengan kebutuhan mereka bukan hanya sebatas penyampaian materi agama, melainkan juga membangun kesadaran kritis, akhlak mulia, dan keterampilan menghadapi tantangan zaman. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan utama: bagaimana metode dakwah yang paling efektif untuk generasi Z di Desa Pawidean? Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini memperkaya khazanah ilmu dakwah dalam menghadapi perubahan generasi. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman bagi para da'i, tokoh agama, maupun lembaga keagamaan dalam merancang strategi dakwah yang lebih tepat sasaran. Dengan demikian, dakwah di desa Pawidean tidak hanya mampu menjaga nilai-nilai Islam, tetapi juga membentuk generasi muda yang religius, produktif, dan berdaya saing Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, karena fokus utamanya adalah menggali pemahaman mendalam tentang dinamika dakwah di kalangan Generasi Z di Desa Pawidean. Pendekatan kualitatif dipilih agar peneliti dapat menangkap realitas sosial, pola interaksi, dan pengalaman subjektif generasi muda dalam merespons dakwah (Sugiyono, 2018). Lokasi penelitian ditetapkan di Desa Pawidean, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, yang merupakan wilayah semi-perkotaan dengan karakteristik masyarakat religius. Desa ini dipilih karena adanya fenomena menarik terkait interaksi Generasi Z dengan kegiatan dakwah, di mana mereka masih terlibat dalam aktivitas keagamaan, namun pada saat yang sama sangat aktif di dunia digital. Subjek penelitian meliputi Generasi Z yang berusia 12-25 tahun, baik yang masih bersekolah, kuliah, maupun bekerja. Selain itu, tokoh agama, guru madrasah, pengurus masjid, serta tokoh pemuda desa juga dilibatkan sebagai informan pendukung. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih berimbang antara perspektif generasi muda dan pihak otoritas keagamaan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Observasi dilakukan dengan mengikuti kegiatan keagamaan di masjid, majelis taklim remaja, serta aktivitas sosial pemuda. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 15 informan utama, yang terdiri dari 10 generasi Z, 2 tokoh agama, 2 guru madrasah, dan 1 tokoh pemuda. Dokumentasi berupa catatan kegiatan keagamaan, foto kegiatan, serta unggahan media sosial remaja desa turut dianalisis. Untuk menjaga keabsahan data, digunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan informasi dari generasi Z, tokoh agama, dan guru madrasah. Sementara triangulasi metode dilakukan dengan menggabungkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan demikian, data yang diperoleh lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Miles & Huberman, 2014). Data yang terkumpul dianalisis dengan model Miles & Huberman yang terdiri dari tiga tahapan: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi informasi yang relevan dengan fokus penelitian. Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi deskriptif agar mudah dipahami. Sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif, yaitu dari fakta lapangan menuju pada temuan yang lebih umum. Hasil Penelitian Generasi Z di Desa Pawidean menunjukkan tingkat religiusitas yang cukup baik, terlihat dari keterlibatan mereka dalam kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah, tadarus, dan pengajian remaja masjid. Namun, keterlibatan tersebut seringkali lebih didorong oleh faktor lingkungan keluarga dan budaya desa daripada kesadaran pribadi. Observasi menunjukkan bahwa sebagian besar remaja masih aktif mengikuti kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) pada usia sekolah dasar dan menengah. Namun, setelah memasuki usia remaja akhir, partisipasi mulai menurun karena kesibukan sekolah, pergaulan, dan daya tarik media sosial. Dalam wawancara, sebagian besar generasi muda menyatakan bahwa metode dakwah tradisional seperti ceramah panjang dianggap membosankan. Mereka lebih menyukai dakwah dalam bentuk singkat, visual, dan interaktif, misalnya melalui video pendek di TikTok atau Instagram Reels (Fahmi, 2021). Fenomena lain yang ditemukan adalah kecenderungan generasi muda untuk lebih mempercayai figur publik atau influencer Muslim di media sosial dibandingkan ustaz lokal, terutama dalam hal gaya hidup Islami. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran otoritas keagamaan di kalangan anak muda (Nasrullah, 2017). Meski demikian, tokoh agama setempat tetap memiliki peran penting, terutama dalam kegiatan ritual seperti pengajian akbar, shalat berjamaah, dan peringatan hari besar Islam. Namun, dalam aspek gaya hidup sehari-hari, generasi muda lebih banyak dipengaruhi oleh konten digital. Hasil wawancara dengan tokoh agama menunjukkan adanya kegelisahan atas menurunnya minat remaja terhadap dakwah konvensional. Mereka menyadari perlunya adaptasi metode dakwah agar lebih sesuai dengan karakteristik generasi Z (Abdullah, 2019). Salah satu tantangan utama adalah minimnya penguasaan teknologi digital di kalangan da'i lokal. Banyak tokoh agama masih terbatas pada metode tatap muka dan belum optimal memanfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah (Rahman, 2021). Remaja Pawidean sendiri sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi agen dakwah digital. Beberapa di antara mereka sudah terbiasa membuat konten kreatif di media sosial, meskipun konten tersebut belum banyak yang berorientasi pada dakwah. Analisis data menunjukkan bahwa Generasi Z lebih menyukai pendekatan dakwah berbasis komunitas. Misalnya, mereka lebih bersemangat mengikuti kegiatan yang memadukan nilai agama dengan aktivitas minat, seperti lomba olahraga Islami, nasyid, desain grafis Islami, atau festival ramadhan. Keterlibatan generasi muda dalam pengelolaan masjid juga masih terbatas. Mereka hadir sebagai jamaah, tetapi jarang dilibatkan dalam manajemen kegiatan dakwah. Akibatnya, rasa memiliki terhadap masjid belum optimal. Dalam wawancara, generasi muda menyatakan bahwa mereka akan lebih termotivasi bila diberikan peran aktif, misalnya sebagai panitia kegiatan, pembuat konten dakwah digital, atau moderator acara pengajian remaja. Dari sisi tantangan, arus budaya populer seperti musik, fashion, dan gaya hidup modern juga memengaruhi perilaku generasi Z. Tidak jarang terjadi benturan antara nilai Islam yang diajarkan tokoh agama dengan tren gaya hidup yang mereka ikuti. Meskipun demikian, penelitian ini menemukan bahwa generasi muda tidak sepenuhnya menolak dakwah. Mereka justru menantikan model dakwah yang relevan, ringan, menyenangkan, dan menggunakan media yang dekat dengan keseharian mereka. Oleh karena itu, strategi dakwah yang efektif di Desa Pawidean meliputi: (1) penggunaan media sosial secara kreatif; (2) pengembangan komunitas berbasis minat; (3) pemberdayaan remaja masjid; serta (4) kolaborasi antara tokoh agama, sekolah, dan organisasi kepemudaan. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa dakwah bagi Generasi Z di Desa Pawidean tidak dapat dilepaskan dari konteks digitalisasi dan budaya populer. Dengan strategi yang adaptif dan partisipatif, potensi religius generasi muda dapat diarahkan ke arah yang lebih positif dan sesuai dengan nilai Islam. Daftar Pustaka Abdullah, A. (2019). Dakwah Digital: Strategi Komunikasi Islam di Era Media Baru. Yogyakarta: Deepublish. Aziz, A. (2017). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana. Fahmi, I. (2021). Strategi Dakwah Kreatif di Era Generasi Z. Jurnal Komunikasi Islam, 11(2), 145-160. Haryanto, A. (2020). Generasi Z dan Tantangan Dakwah di Era Digital. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 6(1), 55-68. Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2014). Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook. Thousand Oaks: Sage. Nasrullah, R. (2017). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Prensky, M. (2001). Digital Natives, Digital Immigrants. On the Horizon, 9(5), 1-6. Rahman, M. T. (2021). Dakwah di Era Disrupsi Digital: Antara Peluang dan Tantangan. Jurnal Ilmu Dakwah, 41(1), 25-42. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryana, D. (2022). Partisipasi Generasi Z dalam Kegiatan Keagamaan. Jurnal Sosial Keagamaan, 14(2), 89-104. (JADE) Journal of Global Dakwah and Community Issn : XXXX-XXXX 2