Pendekatan Dakwah Penyuluh Agama Islam dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat di Desa Telagasari Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu Saefudin*1 Lukman Nulhakim 2 Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam Nahdlatul Ulama Indramayu Indonesia Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam Nahdlatul Ulama Indramayu Indonesia Saefudin@gmail.com Lukmannulhakim@stidkinu.ac.id Info Artikel Abstrak Riwayat artikel: Submit: Bulan XX, 20XX Review: Bulan XX, 20XX Publish: Bulan XX, 20XX Penelitian ini membahas pendekatan dakwah yang digunakan oleh Penyuluh Agama Islam Non-PNS Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Lelea, khususnya di Desa Telagasari, Kabupaten Indramayu. Penyuluh Agama memiliki peran strategis dalam membimbing masyarakat menuju kehidupan beragama yang lebih baik melalui pembinaan moral, mental, dan ketaatan kepada Allah Swt. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik, melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan dakwah yang digunakan meliputi pendekatan sosial (bi al-hal), pendidikan, budaya, personal (fardiyah), dan kelompok (jam'iyah). Faktor pendukung dakwah antara lain dukungan pemerintah daerah dan Kementerian Agama, kerja sama antarpenyuluh, serta antusiasme jamaah. Adapun faktor penghambatnya meliputi rendahnya partisipasi sebagian masyarakat dan pengaruh budaya lokal yang belum sejalan dengan nilai-nilai Islam. Kata Kunci : Kata kunci: Dakwah, Penyuluh Agama, Pembinaan Keagamaan, Pendekatan Sosial PENDAHULUAN Penyuluh Agama Islam merupakan ujung tombak pelaksanaan dakwah yang berfungsi sebagai pembimbing masyarakat menuju kehidupan religius yang harmonis. Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, peran penyuluh menjadi semakin penting karena masyarakat kini dihadapkan pada berbagai tantangan moral seperti hedonisme, materialisme, serta melemahnya solidaritas sosial. Desa Telagasari di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, menjadi salah satu contoh wilayah yang terus berupaya memperkuat kehidupan keagamaan warganya. Masyarakat desa ini sebagian besar beragama Islam dan masih memegang nilai-nilai tradisi lokal. Namun, perkembangan sosial dan ekonomi telah menimbulkan berbagai perubahan yang memengaruhi praktik keagamaan mereka. Dalam konteks ini, Penyuluh Agama Islam berperan sebagai agen perubahan sosial yang berusaha menanamkan nilai Islam melalui pendekatan yang bijak dan kontekstual. Masalah utama penelitian ini adalah: (1) bagaimana pendekatan dakwah yang digunakan penyuluh agama Islam di Desa Telagasari, dan (2) apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan dakwah tersebut. KAJIAN TEORI Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab da'a-yad'u-da'watan, yang berarti menyeru, mengajak, atau memanggil. Dalam konteks keislaman, dakwah dimaknai sebagai usaha mengajak manusia menuju jalan Allah Swt., baik melalui lisan, tulisan, maupun tindakan nyata (bi al-hal). Menurut Abdul Karim Zaidan (1993), dakwah merupakan aktivitas yang bertujuan mempengaruhi individu maupun kelompok agar mereka memeluk Islam secara menyeluruh, menjalankan ajarannya, dan menjauhkan diri dari larangan-Nya. Sementara Amin (2008) menyebut dakwah sebagai proses komunikasi yang melibatkan interaksi dua arah antara da'i (penyampai pesan) dan mad'u (penerima pesan), dengan tujuan terwujudnya perubahan sikap dan perilaku ke arah yang lebih Islami. Dengan demikian, dakwah bukan hanya menyampaikan ajaran agama, tetapi juga membimbing dan membina umat agar mampu menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Dalam perspektif komunikasi Islam, dakwah juga dapat dipandang sebagai proses persuasive communication, yakni penyampaian pesan yang mengandung nilai-nilai moral dan spiritual untuk mengubah sikap dan pandangan hidup masyarakat melalui cara-cara yang penuh hikmah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl:125: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." Ayat ini menjadi landasan normatif bahwa dakwah harus dilakukan dengan kebijaksanaan, kelembutan, dan pemahaman terhadap kondisi sosial psikologis masyarakat. 2. Pendekatan Dakwah Pendekatan dakwah adalah cara pandang dan strategi yang digunakan oleh seorang da'i atau penyuluh untuk menyampaikan ajaran Islam sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan situasi mad'u. Menurut Tutty Alawiyah (2017), pendekatan dakwah merupakan metode yang dilandaskan pada pemahaman kemanusiaan (human-oriented approach) sehingga setiap kegiatan dakwah harus menempatkan manusia sebagai subjek yang memiliki potensi, perasaan, dan kebutuhan spiritual. Berbagai pendekatan dakwah dapat digunakan sesuai konteks masyarakat, antara lain: a. Pendekatan Sosial (bi al-hal) Pendekatan sosial atau bi al-hal berarti berdakwah melalui tindakan nyata. Metode ini menekankan keteladanan, pelayanan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Dakwah tidak hanya berupa ceramah, tetapi diwujudkan dalam bentuk aksi kemanusiaan seperti membantu fakir miskin, pendidikan anak-anak, dan kegiatan sosial lainnya. Menurut Samsul Munir Amin (2008), dakwah bi al-hal memiliki kekuatan moral yang lebih besar dibanding dakwah verbal, karena menyentuh langsung kebutuhan dan realitas masyarakat. Dalam konteks masyarakat pedesaan, dakwah jenis ini terbukti efektif menumbuhkan empati dan memperkuat solidaritas sosial. b. Pendekatan Pendidikan Pendidikan merupakan sarana utama dalam proses internalisasi nilai-nilai Islam. Dakwah melalui pendidikan (ta'lim dan tarbiyah) dilakukan melalui lembaga formal seperti sekolah dan pesantren, maupun nonformal seperti majelis taklim dan kelompok belajar Al-Qur'an. Menurut Ngadri Yusro (2012), pendidikan Islam bukan hanya proses transfer ilmu, tetapi juga transformasi nilai dan pembentukan kepribadian Islami. Oleh karena itu, penyuluh agama yang menggunakan pendekatan pendidikan berperan sebagai pendidik spiritual yang membentuk kesadaran keagamaan masyarakat. c. Pendekatan Budaya Pendekatan budaya berarti mengakomodasi nilai-nilai lokal yang tidak bertentangan dengan Islam sebagai media dakwah. Setiap masyarakat memiliki tradisi yang menjadi identitasnya, seperti tahlilan, maulidan, atau upacara adat. Melalui pendekatan ini, dakwah menjadi lebih mudah diterima karena bersifat akomodatif terhadap budaya setempat. Amin (2008) menjelaskan bahwa dakwah kultural merupakan bentuk Islamisasi budaya, bukan arab-isasi budaya. Artinya, nilai-nilai Islam diintegrasikan dalam praktik sosial budaya masyarakat tanpa menimbulkan benturan identitas. d. Pendekatan Personal (Fardiyah) Pendekatan personal dilakukan melalui interaksi individu antara da'i dan mad'u. Model ini efektif untuk menangani masalah keagamaan yang bersifat pribadi, seperti pembinaan akhlak, bimbingan ibadah, atau konseling keluarga. Menurut Anwar Sutoyo (2013), pendekatan personal mengandalkan empati, kesabaran, dan komunikasi interpersonal yang hangat agar pesan dakwah diterima dengan sukarela. e. Pendekatan Kelompok (Jam'iyah) Pendekatan ini dilakukan kepada sekelompok mad'u dalam satu forum seperti majelis taklim, pengajian, dan organisasi keagamaan. Pendekatan kelompok memungkinkan terciptanya interaksi sosial yang luas serta solidaritas keagamaan antarjamaah. Soekamto (2017) menilai pendekatan kelompok mampu memperkuat sistem nilai dan norma sosial yang Islami dalam masyarakat. 3. Peran Penyuluh Agama Islam Penyuluh Agama Islam adalah pegawai atau tenaga fungsional di bawah Kementerian Agama yang bertugas memberikan bimbingan dan penyuluhan agama kepada masyarakat. Menurut Departemen Agama RI (2004), penyuluh agama memiliki fungsi informatif, edukatif, konsultatif, dan advokatif. 1. Fungsi Informatif dan Edukatif: Menyampaikan ajaran Islam melalui ceramah, pengajian, serta bimbingan keagamaan. 2. Fungsi Konsultatif: Memberikan nasihat dan solusi terhadap masalah sosial, keluarga, dan spiritual masyarakat. 3. Fungsi Advokatif: Melindungi masyarakat dari pengaruh negatif seperti penyalahgunaan narkoba, radikalisme, dan dekadensi moral. Dalam konteks komunikasi dakwah, penyuluh berperan sebagai komunikator religius yang tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga membangun hubungan interpersonal dengan masyarakat. Kualitas penyuluh sangat menentukan keberhasilan dakwah, sebab efektivitas pesan keagamaan bergantung pada kredibilitas dan keteladanan da'i itu sendiri. 4. Dakwah sebagai Proses Komunikasi Sosial Teori komunikasi sosial menegaskan bahwa dakwah merupakan aktivitas penyampaian pesan yang melibatkan sumber, pesan, media, dan penerima. Menurut Lasswell (1948), komunikasi dapat dijelaskan melalui rumus "Who says what, in which channel, to whom, and with what effect." Dalam konteks dakwah: * Who (Siapa): Penyuluh agama atau da'i * Says What (Apa yang disampaikan): Pesan dakwah yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah * In Which Channel (Melalui media apa): Ceramah, media sosial, aksi sosial, atau pendidikan * To Whom (Kepada siapa): Masyarakat atau mad'u * With What Effect (Dengan hasil apa): Perubahan sikap, perilaku, dan pemahaman keagamaan Dengan demikian, dakwah adalah bentuk komunikasi yang bertujuan mengubah perilaku sosial masyarakat ke arah nilai-nilai Islami. Efektivitas dakwah tidak hanya diukur dari seberapa banyak pesan disampaikan, tetapi dari sejauh mana masyarakat mengalami transformasi spiritual. 5. Pendekatan Dakwah Kontekstual Pendekatan dakwah kontekstual menekankan pentingnya memahami kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat sebelum menentukan strategi dakwah. Dalam teori sosiologi dakwah, keberhasilan dakwah ditentukan oleh kemampuan da'i membaca konteks sosial yang melingkupinya. Mattulada (1983) menyebut bahwa masyarakat sebagai sistem sosial memiliki nilai, struktur, dan kebiasaan yang saling berinteraksi. Oleh karena itu, dakwah yang efektif adalah dakwah yang mampu menyesuaikan diri dengan konteks sosial masyarakat tanpa kehilangan substansi ajaran Islam. Pendekatan kontekstual ini sejalan dengan gagasan Islam kultural, yaitu strategi dakwah yang memprioritaskan perubahan nilai dan budaya masyarakat melalui jalur nonstruktural seperti pendidikan, seni, dan sosial budaya. Dengan demikian, penyuluh agama harus memahami dinamika masyarakat, bahasa lokal, serta simbol-simbol budaya agar pesan dakwah dapat diterima secara bijak dan tidak menimbulkan resistensi. 6. Model Integratif Dakwah Penyuluh Dalam konteks penelitian di Desa Telagasari, pendekatan yang dilakukan penyuluh agama bersifat integratif, menggabungkan berbagai model dakwah yang relevan. Model integratif ini mencakup: * Pendekatan moral-spiritual, yaitu penguatan akidah dan akhlak. * Pendekatan sosial-partisipatif, yakni melibatkan masyarakat dalam kegiatan sosial dan gotong royong. * Pendekatan edukatif-reformatif, berupa pelatihan keagamaan dan kegiatan Go to School. * Pendekatan kultural inklusif, yaitu memanfaatkan tradisi lokal sebagai media dakwah. Model ini menggambarkan bahwa dakwah bukan hanya kegiatan seremonial, tetapi proses pembinaan yang berkesinambungan dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. 7. Relevansi Teori Dakwah dengan Penyuluh Agama Penyuluh agama dalam praktiknya bertindak sebagai agen perubahan sosial (agent of change) yang berperan membentuk tatanan masyarakat Islami. Dengan menerapkan teori dakwah dan komunikasi, penyuluh diharapkan mampu melakukan: 1. Analisis Mad'u: Mengetahui kebutuhan dan karakter masyarakat. 2. Pemilihan Metode Dakwah: Menentukan pendekatan yang sesuai dengan situasi sosial. 3. Evaluasi Efektivitas Dakwah: Mengukur dampak terhadap perilaku masyarakat. Pendekatan yang humanis, partisipatif, dan kontekstual menjadi kunci keberhasilan dakwah dalam masyarakat yang beragam seperti Desa Telagasari. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek penelitian terdiri dari penyuluh agama, kepala desa, tokoh agama, guru ngaji, tokoh pemuda, serta masyarakat Desa Telagasari. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi lapangan, dan dokumentasi kegiatan dakwah. Analisis data dilakukan dengan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Lokasi penelitian adalah Desa Telagasari, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Penelitian dilaksanakan antara Juni hingga Agustus 2021. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Desa Telagasari Desa Telagasari memiliki luas sekitar 429 hektare dengan penduduk ±3.400 jiwa. Masyarakatnya mayoritas berprofesi sebagai petani, pedagang, dan peternak. Kehidupan sosial di desa ini ditandai oleh gotong royong, tradisi keagamaan yang kuat, serta adanya lembaga-lembaga keagamaan seperti masjid dan mushalla. Kegiatan seperti tahlilan, maulid, dan pengajian rutin menjadi bagian dari keseharian warga. Namun demikian, masih terdapat sejumlah tantangan keagamaan seperti perilaku sebagian warga yang kurang aktif mengikuti kegiatan keagamaan, serta pengaruh budaya hiburan modern yang kadang menggeser nilai spiritualitas. 2. Pendekatan Dakwah Penyuluh Agama Pendekatan dakwah yang digunakan oleh para penyuluh di Desa Telagasari bersifat adaptif dan kontekstual. Lima pendekatan utama ditemukan dalam penelitian ini. a. Pendekatan Sosial (bi al-hal) Pendekatan sosial dilakukan dengan meneladankan perbuatan baik dan aksi nyata yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Para penyuluh berperan aktif dalam kegiatan sosial seperti bantuan kepada korban bencana, kerja bakti, dan pemberdayaan masyarakat. Melalui dakwah bi al-hal, pesan keagamaan tidak disampaikan lewat kata-kata semata, tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata yang menggugah empati dan kebersamaan. b. Pendekatan Pendidikan Penyuluh juga menggunakan metode edukatif melalui pengajian, majelis taklim, dan program "Go to School". Kegiatan ini menekankan pada peningkatan kemampuan membaca Al-Qur'an, penguatan akhlak, serta pembinaan ibadah dasar. Dalam konteks pendidikan nonformal, para penyuluh membina kelompok ibu-ibu dan remaja masjid dengan metode dialogis agar pesan dakwah lebih mudah diterima. c. Pendekatan Budaya Konteks budaya lokal menjadi bagian penting dalam strategi dakwah. Penyuluh berusaha menyesuaikan pesan Islam dengan nilai-nilai adat yang tidak bertentangan dengan syariat, seperti tahlilan, maulid, dan baritan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa Islam dapat bersanding dengan budaya tanpa harus menghapus identitas lokal. Dakwah melalui jalur budaya terbukti efektif karena mampu menyentuh aspek emosional masyarakat. d. Pendekatan Personal (fardiyah) Dalam beberapa kasus, penyuluh menggunakan pendekatan personal, yaitu dakwah yang dilakukan secara individual kepada masyarakat yang menghadapi masalah pribadi atau keagamaan. Pendekatan ini memudahkan penyuluh membangun kedekatan emosional dengan mad'u sehingga bimbingan spiritual dapat dilakukan secara mendalam dan berkesinambungan. e. Pendekatan Kelompok (jam'iyah) Pendekatan kelompok digunakan dalam kegiatan majelis taklim, pelatihan, dan peringatan hari besar Islam. Melalui pendekatan ini, penyuluh dapat menjangkau banyak mad'u secara efektif. Selain itu, pendekatan kelompok membantu menumbuhkan solidaritas dan rasa kebersamaan antarwarga. 3. Faktor Pendukung Dakwah Pelaksanaan dakwah di Desa Telagasari tidak terlepas dari berbagai faktor pendukung, antara lain: 1. Dukungan Kelembagaan - Kepala KUA dan Pemerintah Daerah memberikan fasilitas serta dukungan terhadap kegiatan dakwah seperti program "Maghrib Mengaji" dan pembinaan keluarga sakinah. 2. Kerja Sama Antara Penyuluh - Koordinasi rutin antarpenyuluh memungkinkan pertukaran ide dan inovasi metode dakwah. 3. Partisipasi Jamaah - Antusiasme masyarakat yang meningkat terhadap kegiatan keagamaan memperkuat semangat penyuluh dalam berdakwah. 4. Sinergi dengan Tokoh Masyarakat - Keterlibatan tokoh agama, pemuda, dan perangkat desa membantu memperluas jangkauan dakwah. 5. Kebijakan Pemerintah yang Pro-Religius - Adanya program-program pembinaan berbasis nilai Islam di tingkat kabupaten sangat membantu kegiatan penyuluh. 4. Faktor Penghambat Dakwah Meskipun demikian, terdapat sejumlah kendala yang dihadapi, di antaranya: 1. Minimnya Kesadaran Sebagian Masyarakat - Beberapa warga belum memiliki motivasi tinggi untuk mengikuti kegiatan dakwah karena kesibukan pekerjaan atau kurangnya pemahaman. 2. Pengaruh Budaya dan Lingkungan - Tradisi yang bersifat profan serta pergaulan bebas pada kalangan remaja menjadi tantangan tersendiri. 3. Keterbatasan Waktu dan Sumber Daya - Jumlah penyuluh yang terbatas menyebabkan pembinaan tidak dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara merata. 4. Kurangnya Sarana Dakwah Digital - Belum optimalnya penggunaan media sosial dan teknologi digital untuk memperluas jangkauan dakwah. 5. Implikasi Dakwah bagi Masyarakat Pendekatan-pendekatan yang digunakan penyuluh agama di Desa Telagasari membawa dampak positif bagi kehidupan keagamaan masyarakat. Meningkatnya jumlah jamaah masjid, berkembangnya kegiatan remaja masjid, serta meningkatnya kesadaran zakat dan tadarus Al-Qur'an merupakan indikator keberhasilan pembinaan. Penyuluh juga berperan sebagai motivator yang menanamkan nilai kebersamaan dan toleransi antarwarga. Namun, pembinaan ini perlu dilanjutkan dengan inovasi dakwah berbasis media digital agar pesan Islam dapat menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi. KESIMPULAN Pendekatan dakwah yang dilakukan oleh penyuluh agama Islam di Desa Telagasari menunjukkan keberhasilan dalam menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan. Pendekatan yang paling dominan adalah pendekatan sosial (bi al-hal) dan pendidikan, diikuti dengan pendekatan budaya, personal, dan kelompok. Keberhasilan dakwah sangat dipengaruhi oleh dukungan pemerintah, kerja sama antarpenyuluh, dan semangat jamaah. Adapun faktor penghambatnya adalah rendahnya partisipasi sebagian masyarakat dan pengaruh budaya yang kurang sesuai dengan nilai Islam. Untuk ke depan, penyuluh diharapkan mampu memanfaatkan teknologi informasi sebagai media dakwah serta memperkuat kolaborasi dengan lembaga pendidikan, organisasi kepemudaan, dan tokoh masyarakat agar pembinaan keagamaan semakin efektif dan berkelanjutan. REFERENSI Alawiyah, Tutty. Strategi Dakwah. Bandung: Mizan, 2017. Amin, Samsul Munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Grafika Offset, 2008. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017. Poerwadarminto, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2017. Sutoyo, Anwar. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2008. COMMUNICA Saefudin*1Tuminih2 ¦ Pendekatan Dakwah Penyuluh Agama Islam dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat di Desa Telagasari Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu COMMUNICA Saefudin*1Tuminih2 ¦ Pendekatan Dakwah Penyuluh Agama Islam dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat di Desa Telagasari Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu 8| | 7 COMMUNICA: JOURNAL OF ISLAMIC MEDIA AND COMMUNICATION STUDIES Vol. 01 No. 01 Juni 2025 | Hal. 01-08 e-ISSN/p- ISSN : XXXX-XXXX/XXXX-XXXX https://ejournal.stidkinu.ac.id/index.php/COMMUNICA